SIKAP TERLARANG KECUALI DI MEDAN PERANG
Kekalahan kaum Quraisy dalam perang Badar mendidihkan aroma kebencian terhadap kaum Muslim. Hati kaum Quraisy membara dibakar dendam gara-gara para pemimpin dan bangsawan mereka tewas akibat hunusan pedang tentara Muslim.
Mereka kembali menghimpun kekuatan, setelah genap setahun, persiapan merekapun matang. Tak kurang dari 3000 pasukan Quraisy berhimpun bersama sekutu dari kabilah-kabilah kecil. Mereka juga dilengkapi dengan 3000 unta, 200 penunggang kuda dan 700 pasukan berebaju besi. Selain itu para Quraisy juga membawa 15 wanita untuk mengangkat semangat pasukan perang mereka.
Pasukan Muslim di Madinah pun bukannya tak tahu. Rasulullah mengetahui rencana serangan itu dari informasi Al Abbas bin Abdul Muththalib yang memata-matai setiap tindakan Quraisy beserta persiapan militernya. Madinah pun dalam keadaan siaga satu. Tak seorang pun lepas dari senjatanya, sekalipun dalam keadaan Sholat
Tepat pada hari Jumat, 6 Syawal 3 Hijriah, pasukan Quraisy yang dikomandoi Abu Sufyan bin Harb telah tiba di Ainain, daerah dekat bukit Uhud yang letaknya di sebelah utara Madinah. Serangan pasukan Quraisy itu langsung disambut 700 pasukan Muslim, yang tiba di bukit Uhud Sabtu, 7 Syawal 3 H. Rasulullah langsung mengatur formasi perang pasukannya. Beliau melarang semua pasukan untuk melancarkan serangan kecuali atas perintahnya. Beliau menganjurkan penduduk Muslim di Madinah untuk berperang, meningkatkan kesabaran dan keteguhan pasukan selama peperangan, dan meniupkan keberanian dan patriotisme di tengah sahabat. Dalam peperangan itu Rasulullah mengenakan dua lapis baju besi. Sambil menghunuskan pedang tajam ke udara, Beliau berkata "Siapakah yang ingin mengambil pedang ini menurut haknya?"
Ada beberapa orang maju ke hadapan Beliau, siap untuk mengambilnya. Diantaranya adalah Ali bin Abu Thalib, Az Zubair bin Al Awwam, dan Umar bin Khattab. Namun pedang itu belum juga diserahkan kepada seorangpun. Sehingga Abu Dujanah Simak bin Kharasyah maju ke depan sambil bertanya, "Apa haknya wahai Rasulullah?"
Hendaklah engkau membabatkan pedang ini ke wajah-wajah musuh hingga bengkok!" Jawab Rasul. Abu Dujanah pun menjawab, "Aku akan mengambilnya menurut haknya wahai Rasulullah." Lalu Beliau memberikan pedang itu kepadanya.
Abu Dujanah adalah seorang lelaki pemberani yang terkesan sombong. Dia mempunyai sorban merah. Jika sorban itu sudah dikenakan, maka semua orang tahu bahwa dia akan berperang sampai mati. Setelah mengambil pedang dari Rasulullah, dia pun mengikatkan sorban merah di kepala, lalu berjalan mengambil tempat di antara dua pasukan. Saat itu Rasulullah bersabda, "Sungguh itu adalah cara yang dibenci Allah kecuali di tempat seperti ini." (diambil dari Majalah Al-Falah edisi April 2012 )