Jumat, 29 November 2013

MATEMATIKA DALAM AL QURAN



Matematika adalah bahasa universal Ilmu Pengetahuan.

Ilmuwan Jepang bisa berkomunikasi dengan Ilmuwan Jerman dengan Matematika, tidak perlu pakai bahasa inggris.

Matematika juga adalah “bahasa tuhan” dalam menciptakan Alam Semesta.

Allah mengenkripsikan Matematika dalam Alquran, untuk memelihara komitmen isi dan bacaan serta kandung yang ada didalamnya.

Dan mempelajari matematikan dalam alquran,sangat menarik, terutama saat mengupas angka demi angka yang terdapat pada kitab umat muslim ini
Allah menciptakan Alam dengan sangat teliti

Dalam QS Jin ayat 28 dijelaskan
"Tuhan menciptakan sesuatu dengan hitungan teliti”

juga pada

QS Maryam ayat 93-94
“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”.

Sementara itu ilmuwan Galileo dalam salah satu ungkapannya menyatakan, “Matematika adalah bahasa Tuhan ketika Dia menulis Alam Semesta”.

Ayat dan Pernyataan itu, membuat saya ingin mencari tahu lebih dalam tentang Matematika dalam Al Quran.
Karena dalam QS az-Zumar ayat 9 dijelaskan
“....Adakah sama orang-orang yang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ? Sesungguhnya orang yang berakal lah yang dapat menerima pelajaran”.

Dalam pandangan al-Qur'an, tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan.
Semua terjadi dengan "hitungan", baik dengan hukum-hukum alam yang telah dikenal manusia maupun yang belum.

Menarik bukan ?

Matematika dalam Alquran bukanlah sebuah kebetulan.

Sebagai Permulaan kajian Matematika dalam Alquran, sangat mulia jika kita memulainya dengan Basmallah.
Namun harus diingat, ini adalah kalimat Allah, kalimat yang sangat abadi dan mungkin paling sering diucapkan oleh umat manusia.
Mari kita bahas Basmallah dari satu sudut pandang sederhana, namun hasilnya luar biasa....

Bismillahi ar rahman ar rahim.....

Bismillah terdiri dari 4 kata dalam bahasa arab, yaitu:
1. Bismi (dengan nama)
2. Allah (Allah)
3. Ar Rahman (maha pengasih) dan
4. Ar Rahim (maha penyayang).

Dan terdiri dari 19 huruf Hijaiyah.

Kalimat Basmallah dalam Alquran disebutkan sebanyak 114 kali, sesuai dengan jumlah surat pada Alquran.
Untuk diketahui, 114 = 19 x 6. (19 adalah jumlah huruf pada kalimat Basmallah)
Tiap surat dibuka dengan kalimat Basmallah, kecuali QS at-Taubah (surat ke 9), yang tidak dibuka dengan Basmallah, tapi dalam QS an-Naml (surat ke 27), Basmallah disebutkan 2 kali, yaitu pada ayat 30 yang bunyinya: “Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: "....Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

QS at-Taubah adalah QS nomor 9 dan an-Naml adalah QS nomor 27, yang keduanya punya selisih 19 surat.

Bila tiap angka bulat dari 9 sampai 27 dijumlahkan, maka akan menghasilkan angka 342, atau setara dengan 19 x 18.
Angka 342 itu pun jika dijumlahkan akan menghasilkan angka 9 (nomor surat At Taubah).

9+10+11+12+13+14+15+16.....+26+27 = 342
342 = 19 x 18
3 + 4 + 2 = 9
9 adalah nomor QS at-Taubah.

Bismillah sebagai kalimat pembuka, hanya ada pada 113 ayat, dimana angka 113 adalah bilangan prima ke 30
(30 adalah ayat surat an-Naml yang mengandung kata Basmallah)
Menarik mempelajari matematika pada teknologi informasi, tapi kita tidak pernah menyangka matematika telah Allah terapkan pada kitab suci Al Quran...
pada QS Jin ayat 28, dijelaskan

”Supaya Dia mengetahui bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah Tuhannya, sedang sebenarnya ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu”.

Allah adalah sumber Matematika.

Ini mematahkan teori konspirasi di Vatikan, yang menyatakan bahwa agama sangat bertentangan dengan Ilmu Pengetahuan (dimana matematika adalah bahasa universal dari Ilmu Pengetahuan).

AI-Qur'an dalam bahasa Arab berarti "pembacaan".
Al-Quran mungkin kitab yang paling banyak dibaca di dunia. Perlu diketahui, sesungguhnya kata Kitab Suci tidak ada di al-Qur'an.
Yang ada adalah sebutan Kitab Mulia, Kitab Agung, Kitab Pemurah, dan lainnya.

Kitab Suci dikenal karena media, terpengaruh sebutan kitab suci lainnya. Kesempurnaan dalam bahasa tidak dapat ditentang oleh para pujangga. Bahasa dan makna dipadukan. Irama, keselarasan melodi, ritmenya menghasilkan sebuah efek hipnotis yang kuat

Mungkin bagi orang awam, kandungan al-Quran sulit dimengerti, karena ia tidak dimulai secara kronologis ataupun narasi-narasi sejarah seperti halnya kitab Yahudi.
Al-Quran juga tidak mendasarkan teologinya dalam cerita-cerita dramatis sebagaimana epik-epik India.
Tidak pula Tuhan diungkap dalam bentuk manusia sebagaimana dalam Bibel.
Ia berbicara langsung soal pendidikan-sebagaimana sering dikemukakan oleh para penulis modern-berbicara mengenai membaca, mengajar, memahami dan menulis (QS. Al Alaq ayat 1-5, ayat yang pertama sampai ke Rasul)

Kata pertama di dalam al-Qur’an dan Islam adalah sebuah perintah yang ditujukan kepada Nabi, ”Iqra..” yang secara linguistik menunjukkan bahwa penyusunan teks al-Qur'an berada di luar kewenangan nabi Muhammad saw.
Gaya serupa ini tetap dipertahankan di sepanjang al-Qur'an.
Ia berbicara kepada atau tentang Nabi dan tidak mengizinkan Nabi berbicara atas kehendaknya sendiri.
Al-Qur'an menggambarkan dirinya sendiri sebagai sebuah kitab yang "diturunkan" Tuhan kepada Nabi ungkapan kata "diturunkan" atau anzalna dalam berbagai bentuk digunakan lebih dari 200 kali.

Secara intrinsik, ini berarti bahwa konsep dan isi al-Qur'an benar-benar diturunkan dari langit.

Prof. Palmer, seorang ahli kelautan di Amerika Serikat mengatakan

"Ilmuwan sebenarnya hanya menegaskan apa yang telah tertulis didalam al-Qur'an beberapa tahun yang lalu"

Kita tidak akan bisa memahami keindahan Alquran, jika tidak mengetahui ilmunya.

Sebagai contoh pada

QS an-Nahl ayat 68-69 yang menceritakan kegiatan lebah dalam membuat sarang dan mencari makan.

Ayat tersebut menggunakan bentuk kata kerja perempuan (bahasa arab membedakan jenis kelamin untuk kata kerjanya), karena memang yang mencari makan dan membuat sarang adalah lebah betina.

Lebah jantan diberi makan oleh lebah betina, bukan sebaliknya.
Jangankan masyarakat di abad ke-7, masyarakat di abad ke-21 mungkin tidak tahu bagaimana cara membedakan lebah jantan dan lebah betina.
Terlebih, memahami bahwa lebah betina lah yang mencari makan, bukan sebaliknya.

Jika Surat an-Nahl merefleksikan lebah betina dengan bentuk kata kerja perempuan.

Lebah jantan digambarkan oleh al-Qur'an pada nomor suratnya, yaitu bilangan 16. Bilangan 16 ini adalah banyaknya kromosom lebah jantan, sedangkan jumlah kromosom lebah betina diketahui berjumlah 32.

Menarik bukan ?

Matematika dalam Alquran bukanlah sebuah kebetulan.

Jumat, 08 November 2013

ETIKA BERBICARA DALAM ISLAM

  

   "Bukankah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua bibir." (QS. Ar-Rahman : 8-9). Allah SWT memerintahkan kepada setiap muslim agar memelihara ucapan-ucapannya sebagaimana ia memelihara perilakunya.
    Inilah nilai sebuah perkataan dalam syariat Islam, sehingga menjadi sebuah keharusan seorang muslim untuk memelihara ucapannya sebagaimana dia memelihara makan dan minumnya. Menjauhi perkataan yang tidak bermanfaat seperti hgalnya dia menjauhi perkara-perkara haram dan syubhat.
      Berikut ini adalah beberapa etika berbicara dalam Islam :
  1. Memilih pembicaraan yang bagus dan kata-kata yang paling baik ketika berbicara dengan orang lain sebagaimana dia memilih makanan yang paling lezat dan halal.
  2. Pelan-pelan dalam berbicara danmemberikan keterangan sehingga pendengar paham akan maksud pembicaraan itu dan mengerti tujuan dan arah pembicaraannya
  3. Berbicara kepada orang lain sesuai dengan kadar pemahamannya, sesuai intelektualitas dan tingkat keilmuannya.
  4. Menjauhi perdebatan dalam hadits-hadits yang tidak diketahui atau tidak diyakini keabsahannya, atau tidak mengerti hadits-hadits tersebut kecuali hanya berprasangka, karena berprasangka adalah pembicaraan yang paling bohong.
  5. Sedikit bicara kecuali jika merupakan jawaban, nasehat, amar ma'ruf nahi munkar atau ajakan dakwah kepada Allah.
  6. Menjauhi pembicaraan yang banyak, pembicaraan yang tiada nilainya dan pembicaraan yang tidak ada manfaatnya.
  7. Berpikir tentang apa yang akan dibicarakan sebelum disampaikan, berpikir akan akibat pembicaraannya itu.
  8. Menghormati orang yang lebih tinggi kedudukannya, lebih banyak ilmunya.
  9. Tidak terburu-buru bicara, sehingga orang yang sedang berbicara di sebuah majelis selesai dari pembicaraannya.
  10. Tidak memotong pembicaraan seseorang atau membenarkan, mengkritik, menyalahkan atau menghina pembicaraan itu.
  11. Bersuara pelan dan jangan berteriak-teriak (berteriak secara mengejutkan, bersuara keras karena emosi
  12. Selalu tenang dan murah senyum ketika berbicara serta tidak berwajah seram dan cemberut dihadapan orang lain.
  13. Menjauhi pembicaraan yang kotor dan perkataan yang berbau syahwat.
  14. Menghindari banyak sumpah ketika berbicara dan tidak bersumpah kecuali karena darurat.
  15. Menghindari sumpah dengan makhluk, nabi, ka'bah, malaikat, hidup, kemuliaan dan lain-lain.
  16. Mengusahakan lisannya agar selalu memperbanyak istighfar ketika menyadari kesalahan atau kejelekan ucapannya.
Sumber : etika muslim sehari-hari / majalah Al-Falah

Kamis, 07 November 2013

PERTEMPURAN HEROIK 10 NOVEMBER





Di samping 17 Agustus 1945 saat dikumandangkannya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 10 November adalah tanggal keramat bagi bangsa Indonesia khususnya masyarakat Surabaya dalam kaitannya dengan sejarah perjuangan kemerdekaan NKRI. Di tanggal itu terjadi pertempuran dahsyat antara tentara Sekutu dan NICA dengan arek-arek Suroboyo yang memakan korban dalam jumlah yang sangat besar di kedua belah pihak.

Insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Orange yang berlokasi di jalan Tunjungan Surabaya  menyulut bentrokan-bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dengan para pejuang di Surabaya, yang memuncak dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur, pada 30 Oktober 1945.



Terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, membuat penggantinya, Mayor Jenderal Mansergh mengeluarkan ultimatum bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan  meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945. Ultimatum tersebut ditolak mentah-mentah oleh para pejuang. Berbekal bambu runcing, arek-arek Suroboyo memilih berjuang hingga titik darah penghabisan.

Sekutu pun menepati ultimatumnya. Pada 10 November 1945 pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan besar-besaran dan dahsyat, dengan mengerahkan sekitar 30.000 serdadu, 50 pesawat terbang, sejumlah tank dan  kapal perang.

Berbagai bagian kota Surabaya dihujani bom dari udara oleh pasukan Barat, karena mereka menolak menyerahkan senjata. Arek-arek Suroboyo ditembaki secara membabi-buta dengan meriam dari laut dan darat. Dua kuintal bom dijatuhkan pasukan Sekutu. Drum bensin meledak. Jam 6.10, Surabaya menjadi lautan api.

Tentara Inggris menduga bahwa perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja, dengan mengerahkan persenjataan modern yang lengkap, termasuk pesawat terbang, kapal perang, tank, dan kendaraan lapis baja yang cukup banyak.

Namun di luar dugaan, ternyata perlawanan itu bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke hari, dan dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran besar-besaran ini memakan waktu sampai sebulan.

Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka. Pemandangan tanggal 30 November 1945, sepanjang mata memandang, bergelimpangan mayat terbujur kaku, hangus, serpihan daging dari 30.000 orang. Para pejuang rela berkorban nyawa berjibaku mempertahankan kehormatan tanah airnya, Surabaya. Peristiwa berdarah di Surabaya ketika itu juga telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan.

Di balik pertempuran dahsyat yang terjadi pada tanggal 10 Nopember 1945, ada sebuah nama yang mempunyai andil besar dalam memompa semangat, keberanian, dan rasa cinta tanah air khususnya kepada arek-arek Suroboyo. Dialah Sutomo atau biasa disebut Bung Tomo yang lahir di Surabaya pada tanggal 3 Oktober 1920.  Bung Tomo adalah seorang wartawan yang aktif menulis di beberapa surat kabar dan majalah, di antaranya: Harian Soeara Oemoem, Harian berbahasa Jawa Ekspres, Mingguan Pembela Rakyat, Majalah Poestaka Timoer, menjabat sebagai wakil pemimpin redaksi Kantor Berita pendudukan Jepang Domei, dan pemimpin redaksi Kantor Berita Antara di Surabaya. Beliau juga menjabat sebagai pucuk pimpinan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) – yang akhirnya dilebur ke dalam Tentara Nasional Indonesia. BPRI bertugas mendidik, melatih, dan mengirimkan kesatuan-kesatuan bersenjata ke seluruh wilayah tanah air. Di balik sederet jabatan yang diembannya Bung Tomo dikenal luas sebagai pribadi yang sederhana dan dekat dengan segala lapisan masyarakat termasuk kalangan bawah. Bung Tomo juga aktif berpidato yang disiarkan oleh Radio BPRI untuk mengobarkan semangat perjuangan yang selalu direlai oleh RRI di seluruh wilayah Indonesia. Isi pidato beliau begitu khas: heroik,  penuh semangat, berapi-api,  disampaikan dengan sorot mata tajam dan terbukti telah berhasil mengobarkan semangat arek-arek Suroboyo untuk mengangkat senjata tak kenal kata surut menghadapi lawan yang tangguh.



Berikut petikan pidato Bung Tomo yang sangat terkenal itu:


“Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga. Kita tunjukken bahwa kita ini benar-benar orang-orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap “Merdeka atau Mati”. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!! Merdeka!!”

Sumber : Kompasiana