Sabtu, 19 April 2014

INDIVIDU SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL




 

KONSEP DASAR INDIVIDU SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat (zoon politicon). Keutuhan manusia akan tercapai apabila manusia sanggup menyelaraskan perannya sebagai makhluk ekonomi dan sosial. Sebagai makhluk sisoal (homo sosialis), manusia tidak hanya mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi membutuhkan manusia lain dalam beberapa hal tertentu. Misalnya, dalam lingkungan manusia terkecil yaitu keluarga. Dalam keluarga, seorang bayi membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya agar dapat tumbuh dan berkembang secara baik dan sehat.

Manusia   sebagai    makhluk   sosial  dan  budaya  sebagai  masyarakat,  setiap   manusia   saling    membutuhkan     satu    sama     lainnya    tentunya   dalam    hal   yang    positif.     Saling bersosialisasi   antara   satu   sama  lainnya    membuat    interaksi   yang  kuat   untuk  mengenal kepribadian  manusia  lain.  Manusia   yang  mudah  bersosialisasi  adalah  manusia   yang   dapat  atau   mampu  menjalankan  komunikasi  dengan  baik   dengan   lingkungan sekitarnya.  Dengan berlandaskan   pancasila   manusia   sebagai  makhluk  yang sosial dan  budaya  disatukan  untuk  saling  menghormati  dan  menghargai  antara  manusia yang memiliki budaya yang berbeda.

            Manusia sejak lahir sampai mati selalu hidup dalam masyarakat, tidak mungkin manusia di luar masyarakat. Aristoteles mengatakan: bahwa makhluk hidup yang tidak hidup dalam masyarakat ialah sebagai seorang malaikat atau seorang hewan. Di India oleh Mr. Singh didapatkan dua orang anak yang berumur 8 tahun dan 1 ½ tahun. Pada waktu masih bayi anak-anak tersebut diasuh oleh srigala dalam sebuah gua. Setelah ditemukan kemudian naka yang kecil mati, tinggal yang besar. Selanjutnya, walaupun ia sudah dilatih hidup bermasyarakat sifatnya masih seperti srigala, kadang-kadang meraung-raung di tengah malam, suka makan daging mentah, dan sebagainya. Juga di Amerika dalam tahun 1938, seorang anak berumur 5 tahun kedapatan di atas loteng.karena terasing dari lingkungan dia meskipun umur 5 tahun belum juga dapat berjalan dan bercakap-cakap. Jadi jelas bahwa manusia meskipun mempunyai bakat dan kemampuan, namun bakat tersebut tidak dapat berkembang, Itulah sebabnya manusia dikatakan sebagai makhluk sosial.

           Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lainnya. Misalnya saja hubungan sosialisasi antar tetangga , dengan adanya interaksi sosial antar tetangga akan mempermudah kita dalam mengatasi masalah di sekitar yang membutuhkan bantuan dari manusia lainnya. Jadi itulah mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial.

Dibawah ini merupakan faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat.
 Faktor-faktor itu adalah:

1.  Adanya dorongan seksual, yaitu dorongan manusia untuk mengembangkan keturunannya
2.  Adanya   kenyataan  bahwa  manusia adalah serba tidak bisa atau sebagai makhluk lemah.
    
     Karena  itu  ia  selalu  mendesak atau menarik  kekuatan  bersama, yang   terdapat  dalam  
     perserikatan dengan orang lain.        
3.  Karena terjadinya habit pada tiap-tiap diri manusia. Manusia bermasyarakat karena ia telah
     biasa mendapat bantuan yang berfaedah yang diterimanya sejak kecil dari lingkungannya.
4.  Adanya kesamaan keturunan, kesamaan territorial, nasib, keyakinan/cita-cita, kebudayaan.

Faktor-faktor lain yang dapat mengatakan manusia adalah makhluk sosial, yaitu :

a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia sebagai pelaku dan sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Perlakuan manusia terhadap lingkungannya sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap kehidupannya sendiri. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan tetapi perlu memelihara lingkungan agar tingkat kemanfaatannya bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan. Bagaimana manusia mensikapi dan mengelola lingkungannya pada akhirnya akan mewujudkan pola-pola peradaban dan kebudayaan.
Manusia sebagai makhluk budaya Budaya atau Kebudayaan perbedaan mendasar antara manusia dengan makhluk yang lain (hewan) ialah bahwa manusia adalah makhluk berbudaya, hal ini disebabkan karena manusia diberi anugrah yang sangat berharga oleh Tuhan, yaitu budi atau pikiran.dengan kemampuan budi atau akal itulah manusia dapat menciptakan kebudayaan yang menyebabkan kehidupannya sangat jauh berbeda dengan kehidupan hewan.

Oleh karena, itu manusia sering disebut makhluk social budaya, artinya makhluk yang harus hidup bersama dengan manusia lain dalam satu kesatuan yang disebut dengan masyarakat. Disamping itu, manusia adalah makhluk yang menciptakan kebudayaan dengan berbudaya itulah manusia berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya. Manusia tidak dapat dilepas dari kebudayaan, dimana ada manusia disitu ada kebudayaan.kapankah kebudayaan mulai ada dimuka bumi? bersamaan dengan mulai adanya umat manusia dimuka bumi ini.

NILAI YANG DIINGINKAN INDIVIDU DALAM KEHIDUPAN SOSIAL

Tuhan menciptakan manusia tidak secara langsung, akan tetapi melalui proses jalinan cinta kasih antara dua manusia yaitu ayah dan ibu. Maka, lahirlah kembali satu anak manusia. Hanya dengan pertolongan dan jasa pemeliharaan orang tua kita menjadi besar dan hingga menjadi dewasa sekarang ini. Dari proses itu kita dapat mengatakan bahwa manusia dengan ketidakberdayaan ketika lahir, hingga sekarang menjadi dewasa secara naluriah manusia tidak dapat hidup menyendiri, sehingga memerlukan bantuan orang lain.

Pada dasarnya setiap manusia menginginkan beberapa nilai dalam kehidupan berkelompok dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Harold Lasswell mengemukakan delapan nilai yang diinginkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yaitu :

1.      Kekuasaan
2.      Pendidikan/penerangan (enlightenment)
3.      Kekayaan (wealth)
4.      Kesehatan (well-being)
5.      Keterampilan (skill)
6.      Kasih sayang (affection)
7.      Kejujuran (rectitude) dan keadilan (rechtschapenheid)
8.      Keseganan, respek (respect)

Paragraf pertama penjelasan di atas telah menunjukkan sebuah bukti konkrit bahwasanya setiap individu memang berperan sebagai makhluk sosial. Bahkan, Tuhan menciptakan Hawa sebagai teman hidup Nabi Adam yang kita ketahui merupakan manusia pertama ciptaan Tuhan. Hal tersebut semakin mempertegas bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri dan harus berinteraksi dan berkomunikasi antara yang satu dengan lainnya. Dari contoh kisah Nabi Adam dan Hawa minimal kita mengetahui sebuah nilai yang diinginkan manusia dalam hidup bermasyarakat sesusai dengan yang dismpaikan Harold Lasswell pada penjelasan di atas. Nilai tersebuat adalah nilai kasih sayang.


Tanggapan berikutnya saya kembangkan dari pendapat Harold Lasswell yang mengemukakan delapan nilai yang diinginkan manusia seperti yang telah tertulis di atas.

1.      Kekuasaan
Nilai kekuasaan muncul karena adanya seorang pemimpin dalam sebuah interaksi manusia. Munculnya seorang pemimpin sejatinya terjadi secara alami dimana sekelompok manusia yang hidup bersama menginginkan adanya seseorang diantara mereka yang mempunyai kemampuan lebih dalam berbagai bidang untuk mengarahkan pola interaksi mereka. Kemampuan lebih tersebut tentu saja dititikberatkan pada kemampuan sosial sehingga segala tindakan dan keputusan  tetap terfokus untuk kepentingan bersama. Jadi intinya, jika ada seseorang yang menginginkan nilai kekuasaan dan mencalonkan diri menjadi pemimpin atas kemauan sendiri, berarti orang tersebut secara tidak langsung telah mengurangi nilai dirinya sebagai makhluk sosial.

2.      Pendidikan
Nilai pendidikan mutlak dibutuhkan manusia sejak lahir di dunia tepatnya ketika telah sempurnanya fungsi alat-alat indra yang dimiliki. Manusia  membutuhkan pendidikan  agar dapat berinteraksi dengan baik dengan sesama serta lingkungan alam di sekitarnya.

3.      Kekayaan
Setiap manusia pasti menginginkan untuk mendapatkan kenyamanan dalam hidupnya. Namun perlu disadari bahwa ketersediaan ataupun keberlimpahan materi bukanlah segalanya bahkan bukan jaminan kebahagiaan hidup di dunia. Seperti halnya pada nilai kekuasaan, kecenderungan manusia untuk mencapai nilai kekayaan yang berlebihan bisa mengurangi nilai mereka sebagai makhluk sosial .

4.      Kesehatan
Kesehatan juga mutlak sebagai kebutuhan utama manusia untuk hidup. Nilai kekayaan pun tidak ada artinya jika kita tidak mendapatkan nilai kesehatan. kesehatan juga erat kaitanyya dengan nilai pendidikan. Hidup sehat bisa dinikmati jika manusia mendapatkan pendidikan tentang kesehatan yang baik sejak kecil. Namun jika bercermin pada kehidupan saat ini, sudah banyak manusia yang mulai mengesampingkan nilai kesehatan demi kenikmatan sesaat yang mereka dapatkan.  Buktinya banyak manusia yang mengkonsumsi narkoba, minum minuman keras, merokok dan beberapa tindakan lainnya yang sudah jelas mengganggu kesehatan bahakan bisa berakibat kematian.

5.      Keterampilan
Pada dasarnya keterampulan dibutuhkan manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Nilai keterampilan muncul berdasarkan keinginannya sendiri untuk berkreasi dan berinovasi dalam bentuk penciptaan benda maupun adaptasi tingkah laku. Jadi nilai keterampilan sebagian besar memang berasal dari setiap individu untuk mempermudah kehidupannya atau bisa menjadi suatu nilai yang bisa dipelajari orang lain.


6.      Kasih sayang
Seperti yang sudah diuraikan pada penjelasan di atas, kasih sayang juga mutlak dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Dengan hidup berkasih sayang manusia dapat memperoleh keamanan, ketentraman dan ketenangan hati dalam kehidupannya.

7.      Kejujuran dan keadilan
Nilai kejujuran dan keadilan juga dibutuhkan manusia agar dalam kehidupan mereka tercipta keamanan, ketentraman dan kemakmuran.  Jika nilai-nilai ini dikesampingkan, maka akan terjadi banyak perselisihan yang terjadi di masyarakat.

8.      Keseganan, respek
Nilai keseganan muncul akibat adanya naluri manusia yang menghormati seseorang akan kedudukan atau kemampuannya. Sementara respek timbul karena rasa kepedulian sesama manusia dalam berinteraksi di masyarakat.


KEDUDUKAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

           Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau organissai harus saling membantu. Sebab kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam Masyarakat yang saling membutuhkan.

Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.

                           PENGEMBANGAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama

Dalam rangka ini  dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap  dan suasana      kekeluargaan  dan  kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan  pakaian  yang  tidak  mungkin  dibuat   sendiri.  Tidak   hanya   terbatas   pada  segi badaniah  saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang  ingin  diungkapkan kepada orang lain  dan   mendapat  tanggapan emosional  dari orang lain  pula.   Manusia  memerlukan pengertian,   kasih sayang,  harga   diri   pengakuan,   dan   berbagai   rasa   emosional    lainnya.

Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat. Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang. Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar