Senin, 28 April 2014

MARTABAT ILMU

Suatu hari di masa tabiin ketika Khalifah Harun Al-Rasyid memimpin kekhalifahan Islam, Beliau berziarah ke makam Rasulullah SAW di Madinah dan menyaksikan seorang ulama besar Al-Imam Malik sedang memberikan pelajaran agama dalam sebuah majelis ilmu di Masjid Nabawi. Dalam suatu kesempatan , beliau menghampiri Imam Malik seraya berkata, "Ya Malik, alangkah berbahagianya kami jika anda berkenan mengajari kami di rumah kami."

Imam Malik berkata, "Ya Amirul Mukminin, ilmu itu tidak mendatangi, tetapi didatangi." Khalifah Harun Al-Rasyid tertegun mendengar ucapan Imam besar yang kalimat sederhananya itu begitu sarat akan makna. Beliau segera mengerti dan segera meralat kekeliruan ucapannya. "Kalau begitu, aku akan menghadiri majelismu di masjid ini."
Selanjutnya Imam Malik menjelaskan, "jika Amirul Mukminin mau mengikuti pelajaranku di masjid ini, baginda tidak boleh datang terlambat. Bila terlambat aku tidak akan mengizinkan baginda melangkahi para hadirin yang lain." Maka, Khalifah berkata, "dengan senang hati, ya Imam!"
Keesokan harinya, rombongan Khalifah datang memasuki masjid. Beliau hadir dengan seorang pembantunyayang membawakan kursi untuk tempat duduknya. Melihat perihal demikian, Imam Malik memutar pembicaraannya pada sebuah hadis Rasulullah, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang merendahkan hatinya kepada Allah, maka Allah akan mengangkat (derajat)nya, dan barang siapa menyombongkan dirinya, Allah akan menghinanya.
Sang Khalifah sangat memahami bahwa Imam Malik menunjukkan ucapan itu kepadanya. Karenanya, ia segera menyuruh pembantunya untuk memindahkan kursi itu dan akhirnya ia duduk bersama dengan kaum muslimin yang lain mengikuti pelajaran dalam majelis ilmu Imam Malik tersebut.

Petikan kisah yang disarikan dari kitab Aniesul Mukminin karya Safwak Sa'dallah Al-Mukhtar menggambarkan bahwa Imam Malik begitu menghargai, menghormati dan memuliakan ilmu dari berbagai aspeknya, mulai dari ilmu itu sendiri selaku objek, kemudian orang yang mengajarkan ilmu, para penuntut ilmu, majelis ilmu, hingga akhlak dalam menuntut ilmu. Prinsip Imam Malik tentang memuliakan ilmu ini diterapkannya dalam berbagai kondisi dan situasi tanpa pandang bulu.
Prinsip yang dipegang teguh Imam Malik ini, tentunya bukan sembarang prinsip yang lahir dari pemahaman subjektif berlandaskan pemikiran pribadinya semata. Tetapi justru lahir karena keyakinan mantap yang berasl dari kapasitas keilmuan dan kematangan pemahamannya akan ilmu itu sendiri.

Sabtu, 19 April 2014

KERAGAMAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA



RAGAM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA

                Indonesia mermpunyai keragaman  sosial budaya yang sangat tinggi.  Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, jumlah suku yang ada saat ini adalah 1.128 suku bangsa. Jumlah sebanyak itu antara lain disebabkan oleh :

1. perbedaan ras asal,
2. perbedaan lingkungan geografis,
3. perbedaan latar belakang sejarah,
4. perkembangan daerah,
5. perbedaan agama atau kepercayaan, dan
6. kemampuan adaptasi atau menyesuaikan diri.

Diantara enam faktor yang tertulis di atas, perbedaan lingkungan geografis serta kemampuan adaptasi menjadi faktor yang paling banyak mempengaruhi beragamnya suku di Indonesia. Selain itu faktor tersebut juga mengakibatkan timbulnya keanekaragaman sosial budaya sebagai berikut :

1.        Keragaman bahasa
Sebanding dengan banyaknya suku di Indonesia, maka bahasa daerah pun juga beragam. Bahkan, pada setiap suku banyak ditemukan perbedaan bahasa.

Berikut ini beberapa keragaman bahasa di Indonesia :

-        Bali
Bahasa Bali, Bahasa Sasak
-         Jawa
Bahasa Jawa, Bahasa Madura, Bahasa Sunda
-         Kalimantan
Bahasa Bahau, Bahasa Bajau, Bahasa Banjar, Bahasa Iban, Bahasa Kayan, Bahasa Kenya
Bahasa Klemautan, Bahasa Melayu, Bahasa Milano, Bahasa Ot-Danum
-        Maluku dan Papua
Bahasa Ambelan, Bahasa Aru, Bahasa Banda, Bahasa Belu, Bahasa Buru, Bahasa Geloli, Bahasa Goram, Bahasa Helo, Bahasa Kai, Bahasa Leti, Bahasa Pantar, Bahasa Tanimbar,
Bahasa Ternate, Bahasa Tidore, Bahasa Bacan, Bahasa Sula
-         Nusa Tenggara
Bahasa Sasak, Bahasa Sumba, Bahasa Sasak, Bahasa Sumbawa, Bahasa Tetun, Bahasa Timor
-        Sulawesi
Bahasa Laki, Bahasa Landawe, Bahasa Buol, Bahasa Gorontalo, Bahasa Kaidipan, Bahasa Balantak, Bahasa Banggai, Bahasa Butung, Bahasa Walio, Bahasa Bugis, Bahasa Luwu, Bahasa Makassar, Bahasa Mandar, Bahasa Pitu, Bahasa Mongondow, Bahasa Sangir, Bahasa Talaud, Bahasa Tambulu, Bahasa Tombatu, Bahasa Tompakewa, Bahasa Tondano, Bahasa Napu, Bahasa Pilpikoro, Bahasa Toraja
-        Sumatera
Bahasa Aceh, Bahasa Alas, Bahasa Batak, Bahasa Enggano, Bahasa Gayo, Bahasa Karo
Bahasa Kubu, Bahasa Lampung, Bahasa Mandailing, Bahasa Melayu, Bahasa Mentawai, Bahasa Minangkabau, Bahasa Nias, Bahasa Rejang Lebong, Bahasa Riau, Bahasa Sikule, Bahasa Simulur

           


2.        Keragaman Rumah adat
Keragaman rumah adat timbul akibat adanya perbedaan geografis. Suku yang mendiami daerah pegunungan memiliki bentuk rumah yang berbeda dengan suku yang tinggal di daerah pantai. Bukan hanya bentuk, bahan bangunan serta bagian-bagian rumah juga memiliki banyak perbedaan mengikuti bentuk adaptasi yang dilakukan di setiap daerah.

Berikut ini beberapa keragaman rumah adat di Indonesia :

-  Rumoh Aceh, merupakan rumah adat Nangroe Aceh Darussalam
-  Rumah Balai batak Toba dan  rumah Bolon merupakan rumah adat Sumatera Utara
-  Rumah Gadang, rumah adat Sumatera Barat
-  Rumoh Melayu Selaso Jatuh Kembar, Riau
-  Rumah Belah Bubung, merupakan rumah adat Kepulauan Riau
-  Rumah Panggung, ( Jambi)
-  Rumah Bubungan Lima, rumah adat Bengkulu  
-  Rumah Limas, rumah adat Sumatera
-  Rumah Rakit, rumah adat Bangka Belitung
-  Rumah Nuwo sesat, rumah adat Lampung
-  Rumah Kebaya / rumah Bapang, rumah adat Jakarta
-  Rumah Kasepuhan, rumah adat Jawa Barat.
-  Rumah Badui, rumah adat Banten
-  Rumah Joglo Jawa Tengah
-  Rumah Jogjo Jogja, rumah adat DI Yogyakarta
-  Rumah Joglo Jawa Timur, rumah adat Jawa Timur
-  Rumah Gapura Candi Bentar, rumah adat Bali
-  Rumah Dalam Loka, rumah adat Nusa Tenggara Barat
-  Rumah Musalaki, rumah adat Nusa Tenggara Timur
-  Rumah Betang Kalimantan Barat,
-  Rumah Betang Kalimantan Tengah
-  Rumah Banjar, merupakan rumah adat Kalimatan Selatan
-  Rumah Lamin, rumah adat Kalimantan Timur
-  Rumah Baloy, rumah adat Kalimantan Utara
-  Rumah Tongkonan, rumah adat Sulawesi Selatan
-  Rumah Souraja, rumah adat Sulawesi Tengah
-  Rumah Laikas, rumah adat Sulawesi Tenggara
-  Rumah Mamuju, rumah adat Sulawesi Barat
-  Rumah Dulohupa, merupakan rumah adat Gorontalo
-  Rumah Pewaris, rumah adat Sulawesi Utara
-  Rumah Baileo, rumah adat Maluku
-  Rumah Sasadu, rumah adat Maluku Utara
-  Rumah Honai, rumah adat Papua
-  Rumah Honai Papua Barat,

3.          Keragaman Upacara adat
            - Upacara Perkawinan pada Masyarakat Kubu (Jambi)

4.        Kesenian Daerah
Kesenian daerah juga sangat banyak berkembang di Nusantara. Berikut ini beberapa bentuk kesenian daerah :

-    Lagu-lagu Daerah
1. Nangroe Aceh Darussalam         : Piso Surit
2. Sumatera Utara                           : Lisoi, Sinanggar Tullo, Sing Sing So, Butet
3. Sumatera Barat                           : Kambanglah Bungo, Ayam Den Lapeh,
                                                         Mak Inang, Kampuang Nan Jauh di Mato
4. Riau                                            : Soleram
5. Sumatera Selatan                        : Dek Sangke, Tari Tanggai, Gendis Sriwijaya
6. Jakarta                                        : Jali-jali, Kicir-kicir, Surilang
7. Jawa Barat                                  : Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Manuk
                                                          Dadali, Sapu Nyere Pegat Simpai
8. Jawa Tengah                               : Gundul-gundul Pacul, Gambang Suling,
                                                          Suwe Ora Jamu, Pitik Tukong, Ilir-ilir,
9. Jawa Timur                                 : Tanduk Majeng, Rek Ayo Rek, Turi-turi Putih
10. Kalimantan Barat                     : Cik Cik Periok
12. Kalimantan Tengah                  : Naluya, Kalayar, Tumpi Wayu
13. Kalimantan Selatan                  : Ampar Ampar Pisang, Paris Barantai
14. Sulawesi Utara                         : Si Patokaan, O Ina Ni Keke, Esa Mokan
15. Sulawesi Selatan                      : Angin Mamiri, Ma Rencong, Pakarena
16. Sulawesi Tengah                       : Tondok Kadadingku
17. Bali                                           : Dewa Ayu, Meyong-meyong, Macepetcepetan,
                                                          Janger, Cening Putri Ayu.
18. NTT                                          : Desaku, Moree, Pai Mura Rame, Tutu
          Koda, Heleleu Ala De Teang,
19. Maluku                                     : Kole-Kole, Ole Sioh, Sarinande, Waktu
          Hujan Sore-sore, Ayo Mama, Huhatee
20. Papua                                        : Apuse, Yamko Rambe Yamko, Sajojo



-    Tarian Daerah
1. Nangroe Aceh Darussalam                  : Tari Seudati, Saman, Bukat
2. Sumatera Utara                                    : Tari Serampang, Baluse, Manduda
3. Sumatera Barat                                    : Tari Piring, Payung, Tabuik
4. Riau                                                      : Tari Joget Lambak, Tandak
5. Sumatera Selatan                                 : Tari Kipas, Tanggai, Tajak
6. Lampung                                              : Tari Melinting, Bedana
7. Bengkulu                                              : Tari Adum, Bidadari
8. Jambi                                                    : Tari Rangkung, Sekapur Sirih
9. Jakarta                                                  : Tari Yapong, Serondeng, Topeng
10. Jawa Barat                                          : Tari Jaipong, Merak, Patilaras
11. Jawa Tengah-Yogyakarta                    : Tari Bambangan Cakil, Enggot-enggot,
                                                                     Bedaya, Beksan,
12. Jawa Timur                                         : Tari Reog Ponorogo, Remong
13. Bali Tari                                              : Legong, Arje, Kecak
14. Nusa Tenggara Barat                          : Tari Batunganga, Sampari
15. Nusa Tenggara Timur                         : Tari Meminang, Perang
16. Kalimantan Barat Tari                        : Tandak Sambas, Zapin Tembung
17. Kalimantan Timur                               : Tari Hudog, Belian
18. Kalimantan Tengah                             : Tari Balean Dadas, Tambun
19. Kalimantan Selatan                             : Tari Baksa Kembang
20. Sulawesi Selatan                                 : Tari Kipa, Gaurambuloh
21. Sulawesi Tenggara                              : Tari Balumba, Malulo
22. Sulawesi Tengah                                 : Tari Lumense, Parmote
23. Sulawesi Utara                                    : Tari Maengket
24. Maluku                                                : Tari Nabar Ilaa, Perang
25. Papua                                                  : Tari Perang, Sanggi


           





- Seni Pertunjukan
1. Banten                                                   : Debus
2. DKI Jakarta                                           : Ondel-ondel, Lenong
3. Jawa Barat                                            : Wayang Golek, Rudat, Banjet, Tarling,
4. Jawa Tengah                                         : Wayang Kulit, Kuda Lumping, Wayang
                                                                    Orang, Ketoprak, Srandul, Opak Alang,
5. Jawa Timur                                           : Ludruk, Reog, Wayang Kulit
6. Bali                                                       : Wayang Kulit, Janger
7. Riau                                                      : Makyong
8. Kalimantan                                           : Mamanda


        Selain dari sekian banyak kesenian daerah yang telah diuraikan di atas, keberagaman budaya Indonesia juga ditunjukkan dari macam-macam senjata khas ( Mandau, Clurit, Kujang, keris dll ), makanan khas ( Soto, Rawon, Papeda dll ), serta pakaian adat ( kebaya, ulos, koteka dll. Keanekaragam tersebut menjadi anugerah sekaligus tantangan bagi Indonesia untuk dapat menjaga keberadaannya sampai kapan pun sebagai warisan budaya nasional.


PEMBELAJARAN KERAGAMAN SOSIAL BUDAYA INDONESIA PADA SISWA SD

Inti pembelajaran keragaman sosial budaya Indonesia adalah rasa menghargai atau menghormati perbedaan.  Jadi, jika siswa mampu menumbuhkan sikap menghargai atau menghormati perbedaan yang ada, siswa akan mampu menerapkannya terhadap segala perbedaan sosial budaya di lingkungan sekitarnya, dalam lingkup Negara Indonesia bahkan di seluruh dunia. Untuk itu, perlu ditanamkan konsep dasar tentang sikap menghargai dan menghormati keberagaman sosial budaya. Salah satu bentuk tindakan yang dilakukan untuk menananmkan sikap tersebut antara lain dengan contoh sebagai berikut :

-    Panggil dua orang siswa untuk maju ke depan kelas (laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan)
-     Tanyakan dan yakinkan kepada siswa tersebut bahwa mereka memiliki bagian-bagian tubuh yang sama. Mereka punya dua tangan, dua mata dst.
-     Suruh mereka bandingkan salah satu bagian tubuh mereka. Misalkan hidung, mereka sama-sama punya hidung, lubangnya ada dua, dalamnya ada rambut hidungnya, tapi bentuk hidung mereka berbeda.
-     Guru memberikan penjelasan agar siswa lebih memahami apa yang coba disampaikan guru.
-      Lakukan pengulangan dengan memanggil siswa yang lain dan memberi contoh bagian tubuh yang lain.

Dari contoh di atas  siswa belajar memahami perbedaan yang sngat wajar terjadi pada sesama manusia. Dengan itu diharapkan siswa mampu menghargai dan menghormati perbedaan yang ada di sekitar mereka. Pada akhirnya dengan pembiasaan siswa mampu memperluas pemahamannya dan menerapkannya dalam skala pergaulan yang lebih luas

Setelah konsep dasar dipahami, maka dari beberapa mata pelajaran dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran keragaman sosial budaya. Mata pelajaran yang menyentuh langsung pembelajaran keragaman sosial budaya adalah pelajaran IPS, PKn dan SBK. Mata pelajaran yang lain pun bisa digunakan untuk menanamkan pembelajaran keragaman sosial budaya. Apalagi saat ini dengan kurikulum baru (kurikulum 2013) semua mata pelajaran saling terintegrasi satu dengan lainnya sehingga lebih memudahkan pembelajaran tersebut

Pada mata pelajaran IPS kelas 5 sudah ada bab tentang keanekaragaman sosial budaya di Indonesia. Pada materi tersebut sudah tentu terdapat pembelajaran tentang upaya menghormati dan menghargai keragaman sosial budaya. Tentu terlebih dahulu guru harus menunjukkan betapa kayanya keragaman sosial budaya Indonesia. Selain dari buku yang telah dimiliki siswa, guru bisa menunjukkan keragaman tersebut dengan media lain yang lebih menarik perhatian siswa. Misalkan dengan gambar-gambar atau video yang mudah didapatkan guru dari internet

Pada mata pelajaran SBK, pembelajaran keragaman sosial budaya Indonesia sangat praktis dilakukan. Penghormatan dan penghargaan siswa terhadap keragaman budaya tidak hanya sebatas pemikiran. Dalam mata pelajaran SBK siswa juga dituntut untuk mempraktekkan langsung berbagai bentuk keragaman budaya bangsa. Misalnya berbagai lagu atau tarian daerah. Dengan mempelajari dan mempraktekkan langsung budaya daerah lain, akan membentuk pemikiran yang konkrit tentang rasa penghormatan dan penghargaan keberagaman sosial budaya.