Minggu, 15 Juli 2012

SIKAP TERLARANG KECUALI DI MEDAN PERANG
 

 
     Kekalahan kaum Quraisy dalam perang Badar mendidihkan aroma kebencian terhadap kaum Muslim. Hati kaum Quraisy membara dibakar dendam gara-gara para pemimpin dan bangsawan mereka tewas akibat hunusan pedang tentara Muslim.

      Mereka kembali menghimpun kekuatan, setelah genap setahun, persiapan merekapun matang. Tak kurang dari 3000 pasukan Quraisy berhimpun bersama sekutu dari kabilah-kabilah kecil. Mereka juga dilengkapi dengan 3000 unta, 200 penunggang kuda dan 700 pasukan berebaju besi. Selain itu para Quraisy juga membawa 15 wanita untuk mengangkat semangat pasukan perang mereka.

       Pasukan Muslim di Madinah pun bukannya tak tahu. Rasulullah mengetahui rencana serangan itu dari informasi Al Abbas bin Abdul Muththalib yang memata-matai setiap tindakan Quraisy beserta persiapan militernya. Madinah pun dalam keadaan siaga satu. Tak seorang pun lepas dari senjatanya, sekalipun dalam keadaan Sholat

     Tepat pada hari Jumat, 6 Syawal 3 Hijriah, pasukan Quraisy yang dikomandoi Abu Sufyan bin Harb telah tiba di Ainain, daerah dekat bukit Uhud yang letaknya di sebelah utara Madinah. Serangan pasukan Quraisy itu langsung disambut 700 pasukan Muslim, yang tiba di bukit Uhud Sabtu, 7 Syawal 3 H. Rasulullah langsung mengatur formasi perang pasukannya. Beliau melarang semua pasukan untuk melancarkan serangan kecuali atas perintahnya. Beliau menganjurkan penduduk Muslim di Madinah untuk berperang, meningkatkan kesabaran dan keteguhan pasukan selama peperangan, dan meniupkan keberanian dan patriotisme di tengah sahabat. Dalam peperangan itu Rasulullah mengenakan dua lapis baju besi. Sambil menghunuskan pedang tajam ke udara, Beliau berkata "Siapakah yang ingin mengambil pedang ini menurut haknya?"

     Ada beberapa orang maju ke hadapan Beliau, siap untuk mengambilnya. Diantaranya adalah Ali bin Abu Thalib, Az Zubair bin Al Awwam, dan Umar bin Khattab. Namun pedang itu belum juga diserahkan kepada seorangpun. Sehingga Abu Dujanah Simak bin Kharasyah maju ke depan sambil bertanya, "Apa haknya wahai Rasulullah?" 

    Hendaklah engkau membabatkan pedang ini ke wajah-wajah musuh hingga bengkok!" Jawab Rasul. Abu Dujanah pun menjawab, "Aku akan mengambilnya menurut haknya wahai Rasulullah." Lalu Beliau memberikan pedang itu kepadanya.

    Abu Dujanah adalah seorang lelaki pemberani yang terkesan sombong. Dia mempunyai sorban merah. Jika sorban itu sudah dikenakan, maka semua orang tahu bahwa dia akan berperang sampai mati. Setelah mengambil pedang dari Rasulullah, dia pun mengikatkan sorban merah di kepala, lalu berjalan mengambil tempat di antara dua pasukan. Saat itu Rasulullah bersabda, "Sungguh itu adalah cara yang dibenci Allah kecuali di tempat seperti ini." (diambil dari Majalah Al-Falah edisi April 2012 )

Jumat, 13 Juli 2012

"SEDIKIT" MASALAH PENDIDIKAN

                                            

     
Bulan Juli merupakan tahun baru di dunia pendidikan Indonesia. Namanya tahun baru, semua menyambut dengan gembira dan suka cita. Seolah-olah kehidupan dimulai lagi saat itu.Tetapi ternyata tidak sedikit juga yang merasakan hal yang sebaliknya.

    Sama halnya dengan bidang kehidupan yang lain, dunia pendidikan juga memiliki banyak permasalahan yang kompleks, baik masalah yang sudah klasik maupun masalah-masalah baru yang muncul seiring perkembangan dunia pendidikan Indonesia.
Sebelum tahun ajaran baru, tentulah didahului akhir tahun pelajaran. Di akhir tahun ajaran ada hal yang setiap tahun pasti dianggap sebagai permasalahan klasik di bidang akademik. Hal tersebut adalah tahap evaluasi belajar terakhir bagi  peserta didik baik di tingkat dasar, menengah pertama maupun menengah atas. Pos evaluasi tersebut sekarang kita kenal dengan UN (Ujian Nasional).
Banyak yang menganggap UN merupakan kebijakan yang tidak tepat. Salah satu pendapat yang umum kita dengar adalah UN yang hanya dilaksanakan selama tiga hari tidak bisa dijadikan tolok ukur kemampuan siswa yang telah menempuh pendidikan selama beberapa tahun. Tidak bisa kita pungkiri bahwa  mungkin saja selama hari H tersebut siswa tidak berada pada kondisi terbaik mereka, entah yang berhubungan dengan fisik maupun psikis mereka. Tentu saja mereka yang mendapati kondisi tersebut akan mengalami kerugian yang besar, karena mungkin saja nilai mereka bisa anjlok seketika itu walaupun kemampuan mereka sebenarnya mumpuni.

     Tidak hanya sampai disitu, ekspos media yang berlebihan dalam pemberitaan Ujian Nasional berdampak buruk terhadap dunia pendidikan. Siswa mungkin merasa mendapat tekanan psikologis yang cukup berat. Kita mungkin sudah akrab dengan kegiatan istighosah yang marak dilakukan menjelang UN, histeria bahkan pingsannya siswa menjadi hal yang kerap terjadi pada kegiatan tersebut. Ekspos media yang berlebihan juga menggiring persepsi masyarakat terhadap Ujian Nasional. Masyarakat menganggap nilai UN sebagai hal yang paling penting, bahkan menjadi tujuan utama belajar di sekolah. Dari situlah muncul tindak-tindak kecurangan yang dilakukan baik oleh siswa bahkan dari pihak sekolah sendiri.

 
     Masalah lain yang muncul adalah masalah yang berhubungan dengan keadaan ekonomi masyarakat. Walaupun pemerintah pusat sudah mengucurkan dana BOS dan di beberapa daerah juga ada BOPDA, tetap saja itu belumlah bisa menutupi segala kebutuhan siswa di sekolah. Pada tahun ajaran baru, masalah biaya biasa muncul pada sekolah menengah yang mana ketika daftar ulang pasti menyodorkan rincian biaya-biaya yang tidak sedikit. Mungkin kalau dirata-rata orang tua siswa harus menyiapkan dana antara 1 - 1,5 juta bahkan lebih. Biaya sebesar itu paling banyak untuk sumbangan pembangunan dan seragam siswa. Padahal itu masih di sekolah negeri, tentu semakin besar jumlahnya jika di sekolah swasta.

      Namun bagaimanapun juga, pendidikan merupakan bidang utama yang harus mendapat perhatian lebih tidak hanya dari pemerintah melainkan dari masyarakat sendiri. Dalam hal apapun di dunia ini pasti selalu ada masalah yang menghampiri kita. Tapi tidak berarti kita tidak berusaha untuk selalu mencapai hal yang terbaik. Semua tergantung niat kita sendiri. Semoga Indonesia semakin jaya.........